Jika Tidak Bertemu, Tanda Jokowi dan SBY Disharmoni


jika-tidak-bertemu-tanda-jokowi-dan-sby-disharmoni

Presiden RI Joko Widodo dan mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono perlu bertemu. Paling tidak ada dua alasan perlunya pertemuan ini.

Pertama, jika kedua orang ini tidak bertemu, dapat menjadi pertanda hubungan Jokowi dan SBY disharmoni.

Kedua, membahas dua isu yang muncul, makar dan penyadapan.

Hal itu dikemukakan Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Karim Suryadi kepada PR di Jakarta, Jumat, 3 Februari 2017.

Karim mengatakan, selama ini Jokowi menunjukkan kemesraan dengan presiden dan wakil presiden RI sebelumnya. Hal ini terlihat saat Jokowi beberapa kali bertemu B.J. Habibie, Try Sutrisno, dan Megawati Soekarnoputri.

“Sementara dengan SBY, Jokowi tidak pernah bertemu. Bahkan dua hari lalu SBY melontarkan keinginannya untuk bertemu. Bila hubungan ini tetap dibiarkan seperti ini dapat dibaca sebagai tanda disharmoni antara mereka,” kata Karim.

Sebagai tokoh nasional, menurut Karim, keduanya memiliki pengaruh yang kuat. Itu sebabnya, pertemuan keduanya diyakini dapat meredakan kegaduhan sosial.

“Ketika Jokowi merangkul banyak pihak, sebaiknya tidak ada pihak yang dengan sengaja tidak diraih,” kata Karim.

Dalam konferensin pers yang digelar SBY Rabu, 1 Februari 2017, terlihat pula ada isu sangat krusial yang dimunculkan, makar dan penyadapan. Karim mendorong Jokowi merespons SBY yang ingin bertemu dan bicara blak-blakan.

“Tanggapan Seskab (Pramono Anung) dan Mensesneg (Pratikno) yang mempersilahkan SBY mengajukan permohonan untuk bertemu presiden, kurang baik. Kalau begitu, pertemuan dimaksud terkesan formal. Padahal pertemuan kedua tokoh itu bernilai penting bukan pada substansi yang akan mereka bicarakan tapi lebih pada peristiwa bertemunya sebagai simbol pemaduan berbagai kekuatan di tanah air,” kata Karim. | ferd©

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.